Kamis, 05 Juni 2014

Metode Karyawisata Untuk Anak Usia Dini




Metode Karyawisata Anak TK
1.      Pengertian Karyawisata bagi Anak Taman Kanak-kanak
Karyawisata merupakan salah satu metode melaksanakan kegiatan pengajaran di taman kanak-kanak dengan cara mengamati dunia sesuia dengan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lainnya. Dengan mengamati secara langsung anak memperoleh kesan yang sesuai dengan pengamatannya. Dan pengamatan ini di peroleh melalui panca indra yakni mata, telinga, lidah, hidung, atau penglihatan, pendengaran, pengecapan, pembauan dan peraba.
Hasil penglihatan oleh mata memberi informasi tentang kesan pengamatan (persepsi penglihatan) mengenai bentuk (segitiga, bundar, persegi, dan sebagainya): warna (merah, hijau, kuning, biru, dan sebagainya): dan ukuran (besar, kecil, tinggi, rendah, panjang, pendek, dan sebaginya).
Persepsi penglihatan ini membantu anak mengembangkan pembendaharaan pengetahuan dan memperluas wawasan. Anak dapat mengetahui bahwa :
a.       Setiap benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, orang itu mempunyai sifat-sifat yang dapat dilihat dan dideskripsikan.
b.      Benda-benda itu dapat dibandingkan berdasarkan persamaan dan perbedaan dalam warna, bentuk dan ukurannya.
c.       Benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, ataupun orang dapat digolong-golongkan berdasarkan kesamaan sifat yang dimiliki ke dalam satu kelompok.
Indra pembauan pada hidung memberikan informasi melalui persepsi pembauan tentang bermacam bau benda dan gas. Sedikitnya anak memperoleh persepsi pembauan seperti bau harum, busuk, amis, dan sebagainya.
Persepsi pembauan akan membantu anak mengembangkan perbendaharaan pengetahuan dan memperluas wawasan: anak dapat mengetahui bahwa :
a.       Setiap benda itu mempunyai sifat yang dapat dicium dan dapat dideskripsikan sifat baunya.
b.      Benda-benda itu dapat dibandingkan berdasarkan persamaan dan perbedaan baunya.
c.       Benda-benda itu dapat digolongkan berdasarkan kesamaan bau dalam satu penggolongan.
Indra pendengaran yang ada pada telinga memberi informasi dalm bentuk persepsi auditif tentang berbagai suara, misalnya suara anak menangnis, burung berkicau, mesin berderu, lonceng berdentang, dan sebagainya.
Persepsi auditif akan membantu anak mengembangkan perbendaharaan pengetahuan dan memperuluas wawasan: anak dapat mengetahui bahwa:
a.       Setiap bunyi itu mempunyai sumber suara dan dapat dideskripsikan.
b.      Bunyi-bunyian itu dapat dibandingkan berdasarkan persamaan dan sumber suaranya.
c.       Bunyi-bunyian itu dapat digolong-golongkan berdsarkan kesamaan sifat bunyi ke dalam satu penggolongan.
Indra pengecap yang terdapat pada lidah member informasi berupa persepsi pengecapan tentang bernagai rasa seperti misalnya rasa pahit, manis, asam, asin, dan sebagainya. Persepsi pengecapan ini membantu anak mengembangkan perbendaharaan pengetahuan dan memperluas wawasan: anak dapat mengetahui bahwa:
a.       Setiap benda itu mempunyai sifat-sifat yang dapat dirasa oleh lidah dan dapat dideskripsikan rasanya.
b.      Benda-benda itu dapat dibandingkan berdasarkan persamaan dan perbedaan rasanya.
c.       Benda-benda itu dapat digolong-golongkan berdasarkan kesamaan rasa dalam satu penggolongan.
Indra perabaan yang terdapat dalam kulit member informasi kesan pengamatan tekanan, rasa sakit, panas, dingin, kasar, halus, lunak, keras. Informasi tentang kesan pengamatan melalui kulit itu membantu anak mengembangkan perbendaharaan pengetahuan dan memperluas wawasan:
a.       Setiap benda itu mempunyai sifat-sifat yang dapat diraba dan dapat dideskripsikan.
b.      Benda-benda itu dapat dibandingkan berdsarkan persamaan dan perbedaan dalam sifat panas/dingin, kasar/halus, keras/lunak.
c.       Benda-benda itu dapat digolong-golongkan berdasarkan kesamaan sifat panas/dingin, kasar/halus, keras/lunak.
Jadi, anak TK dengan menggunakan kelima indranya untuk mengamati dunia kenyataan secara langsung dalam kegiatan karyawisata dapat mengembangkan pengetahuan dan memperluas wawasan:
a.       Setiap benda itu mempunyai sifat-sifat yang dapat dlilihat, dibau, didengar, dirasakan dan diraba serta dapat dideskripsikan.
b.      Benda-benda itu dapat dibandingkan satu dengan yang lain berdasarkan persamaan dan perbedaan yang dapat dilihat, dibau, didengar, dirasakan dan diraba.
c.       Benda-benda itu dapat di golong-golongkan berdasarkan kesamaan sifat yang dapat dilihat, dibau, didengar, dirasakan dan diraba.

2.      Manfaat Karyawisata bagi Anak TK
Karyawisata bagi anak TK dapat dipergunakan merangsang minat mereka terhadap sesuatu, memperluas informasi yang telah diperoleh dikelas, memberikan pengalaman mengenai kenyataan yang ada, dan dapat menambah wawasan (Hildebrand,1986:423).
Melalui karyawisata anak TK mendapat kesempatan untuk menumbuhkan minat tentang sesuatu hal, misalnya untuk mengembangkan minat tentang dunia hewan, anak dibawa ke kebun binatang.
Karyawisata dapat pula menjadi batu loncatan untuk melakukan kegiatan yang lain. Informasi-informasi yang diperoleh anak di dunia nyata merupakan masukan dalam kegiatan kegiatan belajar selanjutnya yang akan memperkaya isi kegiatan belajar di kelas. Misalnya dalam kegiatan bermain membangun, menggambar, dan bermain drama.
Semakin banyak perbendaharaan pengetahuan anak tentang dunia nya semakin cepat perkembangan kognisi mereka terutama dalam kemampuan berpikir konvergen, divergen, dan kemampuan membuat penilaian.
Berpikir konvergen merupak kemampuan kognisi anak untuk menggunakan informasi yang diperoleh sebagai dasar untuk memecahkan masalah. Semakin banyak pengalaman diperoleh dari dunia nyata , semakin mantap pula cara anak memecahkan masalah. Semakin banyak pengalaman anak memperoleh informasi langsung dari dunia nyata bukan hanya kemampuan berpkir konvergen yang meningkat tetapi kemampuan berpikir divergen juga demikian.
Kemampuan berpikir divergen adalah kemampuan berpikir yang bernagkat dari bermacam informasi yang diperoleh anak dalam rangka mencari cara-cara baru bagi pemecahan masalah, yaitu cara yang berbeda dengan cara yang sudah diketahui.
Kemampuan membuat penilaian diperoleh anak dengan cara membandingkan berbagai informasi yang diperolah dari tangan pertama dengan pengalaman selanjutnya serta melihat perbedaan dan persamaannya dan baru kemudian menentukan pilihannya.
Karyawisata kaya akan nilai pendidikan, karena ia juga dapat meningkatkan pengembangan kemampuan sosial, sikap, dan nilai-nilai kemasyarakatan pada anak.

3.      Tujuan Karyawisata bagi Anak Taman Kanak-Kanak
Sesuai dengan kemungkinan manfaat yang diperoleh anak TK dari kegiatan karyawisata, yakni menumbuhkan minat, meningkatkan perbendaharaan, pengetahuan, memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan hidup masyarakat, penghargaan terhadap karya jasa, maka tujuan karyawisata dapat diarahkan pada perkembangan anak TK yang sesuai. Ada beberapa pengembangan aspek perkembangan anak TK yang cocok dengan program kegiatan belajar melalui karyawisata. Program kegiatan belajar yang cocok dengan metode karyawisata antara lain: pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, dan kehidupan bermasyarakat, serta penghargaan pada karya dan jasa orang-orang tertentu. Tujuan karyawisata juga perlu dikaitkan dengan tema-tema yang sudah ditetapkan pada program kegiatan belajar anak TK.

4.      Beberapa Sasaran Karyawisata
Sesuai dengan tujuan perkembangan aspek perkembangan kognitif, bahasa, kreativitas, emosi dan sosial anak serta keterpaduannya dengan tema-tema yang ditetapkan dalam garis-garis besar program kegiatan belajar anak TK berikut merupakan sasaran karyawisata yang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Dunia binatang:
a.       Peternakan domba, sapi, kuda, kelinci, ayam, bebek.
b.      Perikanan, udang, bandeng, lele, mujair.
c.       Kebun binatang.
d.      Akuarium.
e.       Taman burung.
f.       Museum binatang dan burung.
Dunia tanaman:
a.       Perkebunan: kebun sayur, kebun buah-buahan, sawah, dan sebagainya.
b.      Kebun raya yang ditanami bermacam pohon-pohonan, perdu dan rumput.
c.       Taman bunga: mawar, melati, anggrek, aster, gladiol dan lain-lain.
d.      Taman kota:
e.       Hutan wisata:
f.       Daerah pertanian.
Dunia kerja:
a.       Pekerjaan guru.
b.      Pekerjaan dokter.
c.       Pekerjaan polisi.
d.      Pekerjaan tukang pos.
e.       Tukang sampah.
f.       Tukang sayur/buah.
g.      Pedagang.
h.      Pemusik, penyanyi, penari, pemain sandiwara.
i.        Tukang cukur.
j.        Pekerjaan di rumah makan.
k.      Petugas pemadam kebakaran, dan seterusnya.
Kehidupan manusia:
a.       Kehidupan di kota.
b.      Kehidupan di desa.
c.       Kehidupan di pesisir (pantai).
d.      Kehidupan di pegunungan.
Hal-hal penting yang perlu mendapat perhatian guru dalalm menentukan sasaran karyawisata adalah :
a.       Menentukan sasaran-sasaran karyawisata yang diprioritaskan yang secara relative lebih menunjang pengembangan aspek perkembangan anak TK.
b.      Menentukan kriteria yang kita pergunakan untuk memilih sasaran karyawisata, misalnya yang dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan anak, menantang dan menarik, mudah dijangkau, risiko bahaya kecil, tidak melelahkan anak TK, dan sebagainya.
c.       Menentukana sasaran karyawisata yang dapat mengembangkan rasabkagum dan ingin tahu yang besar, yang menggerakkan anak untuk menentukan sesuatu, berpikir, menalar, dan membuat kesimpulan serta generalisasi.

Moeslichatoen.2004.Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak.Jakarta:PT Rineka Cipta.
Metode karyawisata mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu:
Kelebihan metode karyawisata:
·         Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
·         Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
·         Proses pengajaran lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata:
·         Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
·         Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
·         Aspek studi dan pembelajarannya kadang terabaikan akibat siswa terlalu asyik dengan obyek wisatanya.
·         Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik siswa dilapangan.
·         Biayanya cukup mahal.

·         Memerlukan tanggung jawab yang cukup besar dari guru dan pihak sekolah atas kelancaran karyawisata jangka panjang dan jauh.

Rahyubi heri.2012.Teori-teori Belajar Dan Aplikasi Pembelajaran Motorik Deskripsi dan Tinjauan Kritis.Majalengka:Referens.




Senin, 24 Maret 2014

Penerapan Model Pembelajaran Sentra

Pengertian Model Pembelajaran Sentra
Model pembelajaran sentra dan saat lingkaran atau “Beyond Center
and Circle Time” (Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat Lingkaran) atau lebih dikenal dengan model pembelajaran sentra, sentra belajar (learning center atau learning areas)1 merupakan model pembelajaran yang berfokus pada anak. Pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran.
Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan
seperangkat alat main, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis permainan, yakni main sensorimotor (fungsional), main peran dan main pembangunan.
Sedangkan saat lingkaran adalah saat pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main.
Pada pembelajarannya dengan menggunakan 4 jenis pijakan
(scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak, yaitu (1) pijakan
lingkungan main; (2) pijakan sebelum main; (3) pijakan selama main; dan (4) pijakan setelah main. Pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah,disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai anak dan diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi.
Pembelajaran sentra merupakan model pembelajaran yang telah
dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training
(CCCRT) yang berkedudukan di Florida, Amerika Serikat, selama 25 tahun dan telah terakreditasi oleh National Association Early Young Childhood (NAEYC) sebagai model pembelajaran yang direkomendasikan dapat diterapkan di Amerika Serikat. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini telah menerjemahkan bahan-bahan pelatihan model pembelajaran sentra dan telah memperoleh copyright dari CCCRT selama lima tahun (2004-2009). Model pembelajaran sentra dan saat lingkaran merupakan pengembangan dari metode Montessory, High Scope dan Reggio Emilio, yang memfokuskan kegiatan anak di sentra-sentra atau area-area untuk mengoptimalkan seluruh kecerdasan anak (sembilan kecerdasan jamak).
Model pembelajaran sentra dianggap paling ideal diterapkan di Tanah Air, selain tidak memerlukan peralatan yang banyak, tapi kecerdasan anak tetap bisa dioptimalkan. Model pembelajaran sentra mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (multiple intelligent) melalui bermain yang terarah. Setting pembelajaran mampu merangsang anak saling aktif, kreatif, dan terus berfikir dengan menggali pengalaman sendiri. Jelas berbeda dengan pembelajaran masa silam yang menghendaki murid mengikuti perintah, meniru, atau menghafal.
2. Landasan Model Pembelajaran Sentra
Pelaksanaan model pembelajaran sentra pada anak usia dini berlandaskan pada :
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang
Kesejahteraan Anak, diantaranya Pasal 2 Ayat (1) Tentang Hak Anak
yang berbunyi:
Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam
asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
b. Undang-undang Republik Indonesia 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak, diantaranya pada BAB III pasal 9 dan 11.
Pasal 9 yang berbunyi:
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya.
Pasal 11 yang berbunyi:
Setiap anak berhak beristirahat dan memanfatkan waktu luang, bergaul
dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai
dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannta demi pengembangannya.
3. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari berbagai ahli
psikologi perkembangan yang telah mengamati pertumbuhan dan
perkembangan anak selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah teori dan
model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat belajar.
Menurut Helen Parkhust yang lahir di Amerika pada tahun 1807 M, kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan sifat dan keadaan individu yang mempunyai tempat dan irama perkembangan berbeda satu dengan yang lain. Kegiatan pembelajaran harus memberikan kemungkinan kepada siswa untuk berinteraksi, bersosialisasi dan bekerja sama dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas tertentu secara mandiri. Pandangan Helen Parkhust ini, tidak hanya mementingkan aspek individu, tetapi juga aspek sosial, sedangkan bentuk pembelajarannya memadukan klasikal dan individual.
Adapun program pembelajaran yang digunakan dalam model sentra ini,
mengadopsi dan mengembangkan teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget,
Lev Vigotsky, Anna Freud, dan Sarah Smilansky. Para ahli psikolog tersebut percaya bahwa ada empat unsur atau konsep dasar yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu teori pengetahuan (theory of knowledge), teori perkembangan (theory of development), teori belajar (theory of learning), dan teori mengajar (theory of teaching). Adapun teori-teori tersebut adalah :
a. Teori pengetahuan
Piaget mengatakan bahwa manusia itu mempunyai pengetahuan
yang dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya. Pengetahuan ini sudah ada dalam diri manusia dan tinggal mengkonstruk saja.
b. Teori Perkembangan (Theory of Development)
Manusia memiliki pola perkembangan dan karakteristik dari bayi
hingga dewasa. Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam
perkembangannya memiliki karakteristik tertentu.
c. Teori Belajar (Learning Theory)
Sesuai dengan program pendidikan bagi anak usia dini yaitu
penerapan pembelajaran yang tepat dengan pendekatan bermain, bahwa
dari teori pengembangan tersebut dapat dilihat anak memperoleh
pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui
kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing). Pada hakikatnya anak senang bermain, anak sangat menikmati permainan, tanpa terkecuali.
Melalui bermain, anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
dan dapat menjadi lebih dewasa.
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1) Bermain harus muncul dalam diri anak.
2) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat.
3) Bermain adalah aktivitas yang nyata dan sesungguhnya.
4) Bermain harus difokuskan pada proses dari pada hasil.
5) Bermain harus didominasi oleh pemain.
6) Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain.
Peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, dimana orang
dewasa memberikan makna pada permainan si anak, agar dalam bermain
anak dapat memperoleh pengetahuan.
Adapun jenis-jenis main yang dikembangkan adalah :
1). Sensorimotor atau main fungsional
Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka diberi
kesempatan untuk bergerak secara bebas, bermain di halaman atau di
lantai atau di meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor
anak didukung bila lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan
menyediakan kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur
dan barbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung
setiap kebutuhan perkembangan anak.
2). Main peran (mikro dan makro)
Main peran juga disebut main simbolik, pura-pura, make
believe, fantasi, imajinasi, atau main drama sangat penting untuk
perkembangan kognisi, sosial dan emosi anak pada usia tiga sampai
enam tahun (Vigotsky, 1967, Erikson, 1962). Fungsi main peran
menunjukkan kemampuan berpikir anak yang lebih tinggi. Sebab
anak mampu menahan pengalaman yang didapatnya melalui panca
indra dan menampilkannya kembali dalam bentuk perilaku berpurapura.
Main peran membolehkan anak memproyeksikan diri ke masa
depan, menciptakan kembali ke masa lalu dan mengembangkan
ketrampilan khayalan.
3). Main Pembangunan
Main pembangunan juga dibahas dalam kerja Piaget (1962)
dan Smilansky (1968). Piaget menjelaskan bahwa kesempatan main
pembangunan membantu anak untuk mengembangkan
keterampilannya yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya di
kemudian hari. 13 Main pembangunan bertujuan merangsang
kemampuan anak mewujudkan pikiran, ide, dan gagasannya menjadi
karya nyata. Selain itu, anak menghadirkan dunia mereka melalui main
pembangunan, mereka berada di posisi tengah antara main dan
kecerdasan menampilkan kembali. Ketika anak bermain pembangunan,
anak terbantu mengembangkan keterampilam koordinasi motorik
halus juga berkembangnya kognisi ke arah berpikir operasional, dan
membangun keberhasilan sekolah di kemudian hari, contoh bahan
main berupa bahan pembagunan yang terstruktur, seperti balok unit,
balok berongga, balok berwarna, logo, puzzle, cat, pulpen hingga
pensil.
d. Teori Pembelajaran (Theory of Instruction)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan
bermain anak. Program ini memberikan kesempatan pada anak untuk
bermain dan mengeksplorasi permainannya seluas-luasnya sesuai dengan
tahapan perkembangan yang dimiliki oleh individu masing-masing anak.
Pada model pembelajaran sentra, seorang guru lebih sebagai
pengkonstruksi pemikiran anak dan pengobserver perkembangan anak
serta sebagai model bagi anak.
Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran, tentu saja yang harus
diperhatikan adalah karakteristik perkembangan anak, karena dalam
pembelajaran model sentra ini, yang diharapkan adalah tercapainya
perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara
natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak.
4. Tujuan Model Pembelajaran Sentra
Model pembelajaran sentra merupakan model pembelajaran yang
menitikberatkan sentra bermain pada saat pembelajaran. Sentra bermain
merupakan area kegiatan yang dirancang di dalam atau di luar kelas, berisi berbagai kegiatan bermain dengan bahan-bahan yang dibutuhkan dan disusun berdasarkan kemampuan anak serta sesuai dengan tema yang dikembangkan dan dirancang terlebih dahulu.
Sentra memungkinkan anak untuk melakukan manipulasi terhadap
berbagi obyek, terlibat dalam role playing saling bercakap-cakap dengan teman-temannya, bereksplorasi, berinteraksi secara fisik, emosional, sosial dan secara kognitif serta kegiatan variatif yang menarik lainnya.
Sentra memberikan kesempatan pada anak untuk bermain baik secara
individual, kelompok kecil maupun kelompok besar dan bahkan secara
klasikal. Anak diperbolehkan memilih kegiatan yang menarik baginya dan akhirnya akan menjadikan anak sebagai pembelajar yang aktif dan interaktif.
Kegiatan bermain dilakukan anak dalam kelompok kecil di sentra atau
area yang di dalamnya terdapat berbagai material bermain. Setiap sentra bermain telah disiapkan oleh guru sesuai dengan program pengembangan
yang akan diajarkan kepada anak dengan jadwal yang telah ditentukan. Semua kegiatan bermain diarahkan untuk mencapai target yang disesuaikan dengan kemampuan dengan minat anak (child oriented).
Dengan menggunakan sentra bermain aktif, anak akan terlibat secara
aktif baik secara fisik maupun mental karena akan mendapatkan berbagai pengalaman belajar dengan melihat, mendengar dan mengerjakan secara langsung atau praktek langsung (learning by doing).
Adapun tujuan dari pada pembelajaran sentra dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Meningkatkan pelayanan pengalaman belajar kepada anak secara lebih
mendalam dengan memberikan kebebasan bereksplorasi dalam setiap
sentranya.
b. Dengan adanya sentra melatih anak-anak untuk lebih mandiri karena tidak bergantung pada guru kelasnya saja, tetapi akan lebih diarahkan untuk melakukan kegiatan dengan guru-guru yang lain terutama yang menjadi guru sentra.
c. Dengan adanya guru sentra, maka guru sentra akan lebih fokus dalam
mengembangkan sentra yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menuangkan segala pengembangan ide kreatifnya.
d. Proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan anak bekerja mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru
ke anak.
e. Dalam konteks itu, anak mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana pencapaiannya, mereka sadar
bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya nanti.
f. Anak dapat memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu
bekal untuk hidupnya nanti, dalam hal ini guru sentra bertugas sebagai pengarah dan pembimbing atau inspirator.
5. Karakteristik Model Pembelajaran Sentra
Model pembelajaran sentra merupakan model pembelajaran yang
mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh pembelajaran lainnya. Adapun karakteristiknya dapat dilihat dari beberapa aspek, sebagai berikut:
a. Ruangan Kelas
Ruangan kelas dapat dimodifikasi menjadi kelas-kelas kecil, yang
disebut ruangan vak atau sentra-sentra. Setiap ruangan vak atau sentra terdiri atas satu bidang pengembangan. Ada sentra bahasa, sentra daya pikir, sentra daya cipta, sentra agama (imtaq), sentra seni, sentra kemampuan motorik. Dengan menggunakan kegiatan main yang mencakup tiga jenis main (sensorimotor, peran dan pembangunan). Rasio cukup, ukuran kelompok ideal (maksimal 10 anak), ruang cukup luas (5-7 meter persegi per anak).
b. Guru
Setiap guru harus mencintai dan menguasai bidang pengembangan
masing-masing. Guru harus memberi penjelasan secara umum kepada
anak-anak yang mengunjungi sentranya sesuai dengan tema yang
dipelajari, memberi pengarahan, mengawasi dan memperhatikan anakanak
ketika menggunakan alat-alat sesuai dengan materi yang
dipelajarinya, selanjutnya menanyakan kesulitan yang dialami oleh muridmurid dalam mengerjakan materi tersebut. Selain itu, guru sentra harus menguasai perkembangan setiap anak dalam mengerjakan berbagai tugas sehingga dapat mengikuti tempo dan irama perkembangan setiap anak dalam menguasai bahan-bahan pengajaran atau tugas perkembangannya.
Dalam pembelajaran sentra ini, satu guru sentra hanya bertanggung jawab pada 7 sampai 12 anak saja dengan moving class setiap hari dari satu sentra ke sentra lain.
c. Bermain
Menjadikan kegiatan “bermain” sebagai kegiatan inti, anak belajar
melalui permainan mereka.
d. Pijakan
Ada pijakan-pijakan yang mengantarkan anak maju atau naik
sendiri ke tahap perkembangan berikutnya. Ada ”circle times” (saat lingkaran)
e. Intensitas dan densitas
Intensitas adalah sejumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk
pengalaman tiga jenis main sepanjang hari dan sepanjang tahun.
Sedangkan densitas adalah berbagai macam cara setiap jenis main yang
disediakan untuk mendukung pengalaman anak.
f. Bahan dan Tugas
Bahan pengajaran setiap sentra terdiri dari bahan minimal dan
bahan tambahan. Bahan minimal yaitu bahan pengajaran yang berisi
uraian perkembangan kemampuan minimal yang harus dikuasai setiap
anak sesuai tingkat usianya. Bahan ini harus dikuasai anak dan merupakan target kemampuan minimal dalam mempelajari setiap sentra tertentu.
g. Anak dan Tugasnya
Setiap anak akan mendapat tugas dan penjelasan secara klasikal.
Masing-masing anak dapat memilih sentra yang akan diikutinya. Ia bebas menentukan waktu dan alat-alat untuk menyelesaikan tugasnya. Setiap anak tidak boleh mengerjakan tugas lain sebelum tugas yang
dikerjakannya selesai. Untuk mengembangkan sosiobilitas, anak boleh
mengerjakan tugas tertentu bersama-sama. Dengan cara ini, anak akan
mempunyai kesempatan bersosialisasi, bekerja sama, tolong menolong
satu dengan lainnya.
h. Evaluasi Kemajuan Perkembangan Anak
Pencatatan kegiatan belajar anak dilakukan setiap pertemuan dengan
cara mencatat perkembangan kemampuan anak dalam hal motorik kasar,
halus, berbahasa, sosial dan aspek-aspek lainnya.
Pencatatan kegiatan main anak dilakukan oleh guru (pendidik).
Selain mencatat kemajuan belajar anak, guru juga dapat menggunakan
lembaran check list perkembangan anak, dilihat dari hasil kerja anak-anak, karena itu, semua hasil karya anak dijadikan sebagai bahan evaluasi dan laporan perkembangan belajar anak kepada orang tua masing-masing.
6. Macam-macam Sentra dalam Model Pembelajaran Sentra
Pada model pembelajaran sentra ada beberapa macam sentra. Pemilihan
sentra yang akan dikembangkan sangat disesuaikan dengan berbagai multi kecerdasan yang akan dikembangkan antara lain :
a. Sentra Imtaq (Keimanan dan Ketaqwaan)
Pada sentra ini berisi berbagai kegiatan untuk menanamkan nilai-nilai
agama, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sentra ini
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini
dan membentuk pribadi yang cerdas berperilaku sesuai dengan norma-norma agama. Kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang sederhana dan menyenangkan bagi anak mengingat bahwa pengenalan dan pemahaman terhadap agama merupakan suatu konsep yang abstrak, perlu diterjemahkan menjadi aktivitas yang konkret bagi anak. Bahan-bahan yang disiapkan adalah berbagai bangunan ibadah berbentuk mini, alat-alat beribadah dan kitab berbagai agama, buku-buku cerita, gambar-gambar dan alat permainanlain yang bernuansa agama.
Dalam sentra ini anak melakukan kegiatan bermain untuk mengenal
agama Islam seperti; rukun Islam (syahadat, shalat, puasa, zakat, haji), rukun iman/akidah (iman kepada Allah, malaikat, nabi dan rasul, kitab Allah, hari akhir), al-Qur’an (mengaji) dan akhlak (mengucapkan kalimat thayyibah, akhlakul karimah, salam, dan lain-lain)
b. Sentra Bahan Alam
Sentra bahan alam memiliki tujuan untuk memberikan pengalaman
pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi. Di sentra ini, anak bermain sambil belajar untuk dapat menunjukkan kemampuan menunjukkan, mengenali, membandingkan, menghubungkan dan membedakan. Dengan bereksplorasi dan bereksperimen anak akan memiliki ide dan kepekaan terhadap pengetahuan dan alam sekitar sehingga tumbuh motivasi dan kepercayaan diri dalam belajar.
c. Sentra Seni
Sentra seni memiliki fokus memberikan kesempatan pada anak untuk
mengembangkan berbagai keterampilannya., terutama keterampilan tangan
dengan menggunakan berbagai bahan dan alat, seperti: melipat, menggunting, mewarnai, membuat prakarya, melukis dan membuat prakarya dengan menggunakan adonan. Di sentra ini, anak bermain sambil belajar mengasah rasa keindahan, membangun kemandirian, kerja sama, tanggung jawab, bersosialisasi, melatih koordinasi mata, tangan, kaki dan pikiran.
d. Sentra Bermain Peran Sesungguhnya (Macro Play)
Sentra bermain peran makro mendukung sepenuhnya pada
perkembangan bahasa dan interaksi sosial. Bermain peran makro adalah
bermain peran yang seakan-akan anak bermain sesuai dengan yang
sesungguhnya.
e. Sentra bermain peran (micro play)
Sentra bermain peran mikro (micro play) sama dengan bermain
peran makro, tetapi pada mikro anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia, misalnya anak menggunakan rumah Barbie dan boneka untuk bermain.
f. Sentra balok
Sentra balok membantu perkembangan anak dalam keterampilan
berkonstruksi. Sentra ini terutama untuk mengembangkan kemampuan
visual spasial dan matematika anak usia dini.
g. Sentra Persiapan
Sentra persiapan berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak
mengembangkan kemampuan matematika, pra menulis dan pra membaca,
dengan kegiatan antara lain: mengurutkan, mengklasifikasikan, dan
mengelompokkan berbagai aktivitas lainnya yang mendukung
perkembangan kognitif anak.